Sri Kertarajasa Jayawarddhana adalah nama gelar Nararya Sanggramawijaya (Wijaya) yang telah berhasil mendirikan kerajaan Majapahit sekaligus menjadi raja Majapahit yang pertama, memerintah dari tahun 1293 - 1309 M. Beliau adalah keturunan kerajaan Singhasari, putera Dyah Lembu Tal, cucu Narasinghamurti sekaligus menjadi menantu raja Kertanegara. Beliau memiliki empat permaisuri, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita dan Sri Rajendradewi Dyah Gayatri. Dengan parameswari Tribhuwaneswari beliau memperoleh seorang anak laki-laki bernama Jayanagara (keterangan ini terdapat di dalam prasasti Sukamrta dan prasasti Balawi), dan sebagai putera mahkota ia mendapat Kadiri (Daha) sebagai daerah lungguhnya. Kitab Negarakertagama dalam pupuh XLVII/2 menjelaskan : ' ....tersebut tahun saka tujuh orang dan surya (1217), baginda (Wijaya) menobatkan putranya di Kediri, perwira, bijak, pandai, putera Indreswari, bergelar Sang raja putera Jayanagara ...'. Indreswari ini lebih layak dianalogikan dengan Tribhuwaneswari, sang permaisuri yang pertama.
Kitab Pararaton di dalam bagian yang ke VII dan VIII menyebutkan lain, yaitu Jayanegara adalah nama gelaran, sedang nama kecilnya adalah Kalagemet anak Wijaya dengan Dara Pethak (seorang puteri Melayu) hasil dari ekspedisi Pamalayu.
Selanjutnya dengan permaisuri Rajendradewi Dyah Gayatri, Wijaya memperoleh dua orang puteri yang bernama Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhana yang menjadi Rani Jiwana (Bhre Kahuripan) dan yang kedua bernama Rajadewi Maharajasa yang menjadi Rani Daha (Bhre Daha).
Kidung Panji Wijayakrama mengisahkan bahwa sepuluh hari sesudah pengusiran tentara Mongol (Cina/Tartar), Mahisa Anabrang yang memimpin ekspedisi ke Melayu pada tahun 1275 (atas perintah Kertanegara) pulang membawa dua orang puteri yang bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Tentang Dara Petak diceritakan sang anwam inapti artinya yang muda diperistri (oleh Wijaya). Tentang Dara Jingga dikisahkan sira alaki dewa artinya ia menikah dengan orang yang bergelar dewa (Mauliwarma). Selanjutnya Pararaton memberitakan bahwa Dyah Dara Jingga melahirkan seorang putera yang kemudian menjadi raja Melayu bernama Tuanku Janaka Warmadewa alias Mantrolot. Tuanku Janaka Warmadewa dapat disamakan dengan Sang Adityawarman yang bergelar Udayadityawarman Prataparakramarajendra Mauliwarmadewa dan mendirikan kerajaan Melayu di Pagar Ruyung pada pertengahan abad 14.
Menurut piagam Bukit Gombak O.J.O CXXI ayahnya bernama Adwayadwaja, nama ini dapat dihubungkan dengan Adwayabrahma, mahamentri Singasari yang diutus mengantarkan arca Amoghapasa, hadiah Wiswarupakumara kepada raja Suwarnabhumi Tribuwanaraja Mauliawarmadewa pada tahun 1286 oleh raja Kertanegara. Arca Amoghapasa ditempatkan di daerah Dharmasraya, Suwarnabhumi Tribuwanaraja Mauliawarmadewa adalah nenek Adityawarman dan Jayanegara yang sama-sama dididik di istana Majapahit. Pada tahun 1325 dan 1332 Adityawarman menjadi utusan Majapahit ke negeri Cina, namanya disebut Seng k'ia-lie-yu-lan.
Pengikut-pengikut Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan mendirikan Majapahit diberi kesempatan untuk menikmati hasil perjuangannya dan diangkat menjadi pejabat-pejabat tinggi di kerajaan.
Kitab Pararaton di dalam bagian yang ke VII dan VIII menyebutkan lain, yaitu Jayanegara adalah nama gelaran, sedang nama kecilnya adalah Kalagemet anak Wijaya dengan Dara Pethak (seorang puteri Melayu) hasil dari ekspedisi Pamalayu.
Selanjutnya dengan permaisuri Rajendradewi Dyah Gayatri, Wijaya memperoleh dua orang puteri yang bernama Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhana yang menjadi Rani Jiwana (Bhre Kahuripan) dan yang kedua bernama Rajadewi Maharajasa yang menjadi Rani Daha (Bhre Daha).
Kidung Panji Wijayakrama mengisahkan bahwa sepuluh hari sesudah pengusiran tentara Mongol (Cina/Tartar), Mahisa Anabrang yang memimpin ekspedisi ke Melayu pada tahun 1275 (atas perintah Kertanegara) pulang membawa dua orang puteri yang bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Tentang Dara Petak diceritakan sang anwam inapti artinya yang muda diperistri (oleh Wijaya). Tentang Dara Jingga dikisahkan sira alaki dewa artinya ia menikah dengan orang yang bergelar dewa (Mauliwarma). Selanjutnya Pararaton memberitakan bahwa Dyah Dara Jingga melahirkan seorang putera yang kemudian menjadi raja Melayu bernama Tuanku Janaka Warmadewa alias Mantrolot. Tuanku Janaka Warmadewa dapat disamakan dengan Sang Adityawarman yang bergelar Udayadityawarman Prataparakramarajendra Mauliwarmadewa dan mendirikan kerajaan Melayu di Pagar Ruyung pada pertengahan abad 14.
Menurut piagam Bukit Gombak O.J.O CXXI ayahnya bernama Adwayadwaja, nama ini dapat dihubungkan dengan Adwayabrahma, mahamentri Singasari yang diutus mengantarkan arca Amoghapasa, hadiah Wiswarupakumara kepada raja Suwarnabhumi Tribuwanaraja Mauliawarmadewa pada tahun 1286 oleh raja Kertanegara. Arca Amoghapasa ditempatkan di daerah Dharmasraya, Suwarnabhumi Tribuwanaraja Mauliawarmadewa adalah nenek Adityawarman dan Jayanegara yang sama-sama dididik di istana Majapahit. Pada tahun 1325 dan 1332 Adityawarman menjadi utusan Majapahit ke negeri Cina, namanya disebut Seng k'ia-lie-yu-lan.
Pengikut-pengikut Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan mendirikan Majapahit diberi kesempatan untuk menikmati hasil perjuangannya dan diangkat menjadi pejabat-pejabat tinggi di kerajaan.
0 komentar:
Posting Komentar